Rabu, 22 Februari 2012

menanam pohon tanpa memerlukan lahan

MEMILIKI taman indah ditumbuhi warna-warni bunga, pepohonan rindang menghijau dan berbuah dipekarangan rumah adalah keinginan semua orang. Tetapi bagaimana jika lahan yang dimiliki terbatas.

Misalkan lokasi kediaman berada di lorong sempit, tanpa ada tersisa tanah kosong sudah habis terpakai pembangunan gedung beton, ini bukanlah persoalan pelik karena kini telah ada alternatif selesaikan problem ini dengan memakai teori vertikultur.

Secara bahasa vertikultur diambil dari kata vertical dan culture. Tetapi definisi keilmuan bidang pertanian, vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat.

Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di pemukiman yang telah padat seperti kawasan perkampungan warga Boulevard Kota Manado di Jalan Piere Tendean atau lokasi pemukiman yang berada dibilangan Jalan Sam Ratulangi.

Orang sering menyebut vertikultur itu sistem tanam di dalam pot yang disusun atau dirakit secara horizontal serta vertikal atau bertingkat. Dan sistem inilah yang dianggap sangat cocok bagi mereka yang terkendala oleh keterbatasan lahan terbuka.

Ada ragam pilihan mengenai jenis tanaman sistem vertikultur. Di antaranya tanaman sayuran atau tanaman hias maupun herbal. Sebab itulah, ada hal yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara lain pot tempat tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu, paralon atau wadah barang bekas seperti ember plastik bekas cat.

Secara keuntungan, sistem pertanian vertikultur mampu berikan efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional.

Selanjutnya, penghematan pemakaian pupuk dan pestisida serta kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil dan dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.

Keuntungan lainnya, mempermudah pengawasan pemeliharaan tanaman. Dan ketika diberikan atap plastik akan memberikan keuntungan berupa mencegah kerusakan karena hujan, menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.

Namun dibalik keuntungan vertikultur terdapat kekurangan yaitu rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap plastik.

Karena itu, sistem penyiraman harus berkelanjutan dan diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.

Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok.

Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah.

Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitas dan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.

Cara penanaman tergantung pada jenis tanamannya. Ada yang dapat ditanam langsung di wadah vertikultur, ada yang harus disemai dulu baru ditanam, dan ada yang harus disemai kemudian disapih dan baru ditanam di wadah.

Pesemaian dibutuhkan oleh tanaman yang berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai, terong, lobak, selada dan wortel. Untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan membutuhkan perawatan yang agak khusus, misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai keriting dan tomat buah dilakukan cara penanaman yang terakhir.

Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak, menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai kemasan tetrapak. Banyak tanaman bisa ditumbuhkan dengan teknik ini, tidak rusak juga. Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman, bisa digunakan campuran tanah dengan kompos cacing dengan perbandingan 3 berbanding 1.

Pemeliharannya mudah, cukup dengan disemprot air. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga misalnya mampu produksi sayuran organik secara mandiri dan mampu hasilkan tanaman herbal yang ditumbuhkan sendiri sesuai selera bertani anda.

Bagaimana mudah bukan terapkan pola vertikultur yang bergaya menanam secara berundak, vertikal. Ini lebih menghemat tanah, area, dan juga artistik. Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak menanam. Mari menanam, walau berbuat sederhana berarti telah turut  membantu selamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim yang ekstrim, mari bergerak perangi Global Warming ! salam cinta bumi untuk Indonesia dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar